17 hours ago
2
ARTICLE AD BOX
I Wayan Arik Okta Piarsa Putra, atau akrab disapa Ota, sosok di balik desain ogoh-ogoh Banjar Binoh Kelod, berbagi cerita mengenai persiapannya. "Saya mulai menjadi arsitek ogoh-ogoh di sini sejak tahun 2011, saat masih SMP. Awalnya hanya membuat ogoh-ogoh untuk anak-anak di gang," ujar Ota, Senin (16/12/2024).
Proses pengerjaan ogoh-ogoh tahun ini dimulai sejak 21 November 2024. Dalam karyanya, tim ST Bineka Banjar Binoh Kelod mengandalkan bahan penyalin atau rotan sebagai kerangka utama. "Rotan kami pilih karena lebih lentur dan tidak menyebabkan iritasi seperti bambu sisit. Selain itu, kami menggunakan sistem bongkar pasang pada bagian atas ogoh-ogoh, sehingga lebih fleksibel," jelas Ota.
Karya mereka direncanakan menelan biaya total sebesar Rp55 juta. "Kami buat RAB yang terperinci supaya pembiayaan terkontrol dengan baik," tambahnya.
Kasanga Festival 2025 memperkenalkan sistem "tarung bebas," yang membuka kompetisi lebih kompetitif di ajang lomba ogoh-ogoh. Meski menghadapi tantangan ini, Ota tetap percaya diri. "Yang terpenting bagi kami adalah menampilkan karya terbaik kepada juri. Tidak hanya fokus pada keindahan karya, tetapi juga memenuhi semua aspek dan kriteria penilaian secara selektif," tegasnya.
Sebagai generasi muda yang aktif di Sekaa Teruna (ST), Ota menyampaikan harapan besar untuk 2025. "Setelah melewati Pilkada Serentak 2024, saya berharap ini menjadi awal perubahan positif, termasuk dalam perkembangan tradisi ogoh-ogoh. Saya juga berharap para anggota ST di Denpasar dapat bersatu dan saling menerima hasil apa pun nantinya," ujarnya.
Kasanga Festival menjadi ajang bergengsi untuk memperlihatkan warisan seni dan budaya Bali, sekaligus ruang ekspresi kreatif bagi anak-anak muda. Banjar Binoh Kelod kini bersiap memberikan kejutan melalui karya ogoh-ogoh yang tidak hanya memukau, tetapi juga memiliki pesan mendalam. *m03
English (US) 