ARTICLE AD BOX
Namun, belum ada air hujan yang mengalir dari lereng Gunung Agung ketinggian 2.512 meter dari permukaan laut menuju embung itu.
“Sudah diperbaiki, air yang disadap dari Gunung Agung sementara siap digunakan untuk pengisian, di bak utara Pura Pasar Agung, sehingga belum ada pengisian menuju embung yang ada di bawah,” jelas Kabid Sumber Daya Air Dinas PUPR Perkim I Made Wiguna kepada NusaBali di Amlapura, Kamis (28/11).
Pipa yang jebol lokasinya di lereng Gunung Agung ketinggian 2.512 meter dari permukaan laut terjadi tahun 2022. Sebelumnya pernah diperbaiki, jebol lagi, kali ini kembali jebol dan telah pula diperbaiki dengan menyambung pipa dan memperbaiki bak penampung air hujan di lereng Gunung Agung itu.
Kata Wiguna, kini tinggal menunggu beberapa kali hujan turun. Air akan mengalir ke embung Banjar Sogra, Desa Sebudi, akan penuh berisi air hujan. Selama ini air di embung itu dimanfaatkan untuk kebutuhan warga masyarakat Desa Sebudi, dan sekitarnya. Sebab, di sana tidak ada mata air, satu-satunya cara dengan menyadap air hujan. Selama musim hujan, biasanya warga Desa Sebudi, tidak kesulitan air bersih, hanya kesulitan sekitar 4 bulan setiap tahun di saat musim panas.
Embung di Pura Pasar Agung dengan kapasitas 4.432 meter kubik, dibangun tahun 2000 dengan biaya Rp 1,05 miliar.
Kebetulan saat pipa embung rusak ada Karya Nubung Daging di Pura Pasar Agung yang memerlukan banyak air setiap hari, sehingga Panitia Karya Nubung Daging hingga membeli 2 tanki tiap hari ditambah bantuan dari Perumda Tirta Tohlangkir Karangasem 1 mobil tanki setiap hari, sehingga kebutuhan pemedek tidak mengalami kesulitan.
Embung dibangun di batu masif lereng Gunung Agung. Caranya dengan membangun bak penampungan di lereng Gunung Agung kemudian dialirkan pipa 4 dim, ke embung yang dibangun di bagian bawah. Cara itu sangat efektif untuk mengatasi kebutuhan air di pegunungan.7k16