ARTICLE AD BOX
Namun Dispar Buleleng tidak mau lepas tangan. Tim promosinya sudah bergerak untuk melakukan survei ke wisatawan yang datang terkait kesannya berwisata di Buleleng.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng I Gede Dody Sukma Oktiva Askara, Kamis (28/11) kemarin menerangkan, kajian dan kesimpulan Fodor disebutnya menjadi isu riskan di internasional. Terutama dampak kunjungan wisata di Buleleng. Dody menyebut penilaian dan kajian data yang dilakukan hanya mengacu kondisi pariwisata Bali Selatan. Sedangkan selain itu ada kawasan Bali Utara, Timur dan Barat yang masih bisa dikembangkan dan menjadi alternatif sebaran kunjungan wisatawan.
“Rilis di media internasional itu yang dipotret kondisi Bali Selatan tidak memotret keseluruhan destinasi. Sehingga bagi kami penelitiannya belum komprehensif tetapi sudah memberikan kesimpulan. Kami coba back up dengan testimony sejumlah wisatawan yang berkunjung ke Buleleng untuk menjadi bahan promosi,” terang Dody.
Menurut Dody dari upaya pembuatan video testimoni wisatawan, responnya sangat positif. Mereka mengaku sangat nyaman, tidak ada kemacetan, destinasi eksotis termasuk pengalaman menonton lumba-lumba yang sangat mengesankan.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng I Gede Dody Sukma Oktiva Askara –LILIK
Selain menggencarkan upaya promosi wisata di Buleleng, Dody juga sedang berupaya penguatan pemasaran jalur wisata baru 3B (Banyuwangi, Bali Barat dan Buleleng), yang sudah sempat diuji coba pertengahan tahun lalu. Jalur wisata 3B ini menjadi solusi redistribusi wisatawan di Bali Selatan ke Bali Barat dan Bali Utara.
“Kami masih menunggu hasil penyisiran angagran di Kemenpar tahun 2025 ini karena masih terkendala dermaga sandar fast boat, masih perlu ada penambahan ponton dan tiang pancang untuk sandar kapal,” ucap pejabat asal Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.7 k23