ARTICLE AD BOX
Naskah kajian akademik itu akan digunakan sebagai dasar pengembangan pariwisata berbasis budaya yang berkelanjutan di Kabupaten Buleleng.
Akademisi STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Putu Mardika mengungkapkan, 10 objek pemajuan kebudayaan itu meliputi cagar budaya, tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, dan ritus. Kemudian pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional.
“Dengan memetakan kebudayaan lokal, kita dapat mengidentifikasi elemen-elemen yang memiliki potensi sebagai daya tarik wisata, seperti festival, seni pertunjukan, dan tradisi unik. Ini membantu dalam merumuskan paket wisata yang menarik bagi pengunjung,” ujarnya, Minggu (24/11) di Buleleng.
Sejumlah tradisi dan budaya yang dipetakan di antaranya olahraga tradisional sapi gerumbungan dan megangsingan, permainan rakyat seperti megoak-goakan, mekorot, dan maslodoran. Beberapa adat istiadat juga dipetakan seperti tradisi Mauludan di Desa Pegayaman dan tradisi Magelang-gelang di Desa Alasangker.
Dalam kajian itu, tim juga mendata tradisi lisan seperti cerita rakyat Layon Sari Jaya Prana dan Kisah Drama Gong Prabhu Nala, hingga 10 sejarah desa di Buleleng. Akademisi STAHN Mpu Kuturan juga memetakan manuskrip prasasti hingga lontar. Kemudian pengetahuan tradisional berupa kuliner lokal seperti Blayag, Gula Pedawa, hingga Sudang Lepet.
Kata Mardika, pemetaan kondisi kebudayaan akan membantu mengidentifikasi elemen-elemen budaya yang perlu dilestarikan. “Ini juga memudahkan dalam merancang program yang mendukung pelestarian tradisi dan warisan budaya. Serta menjaga keberlanjutan praktik budaya di masa depan,” sambung dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara menegaskan, pelestarian dan pengembangan budaya merupakan salah satu pilar penting dalam membangun pariwisata yang berkelanjutan. Selain untuk pelestarian, juga untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.
"Pengembangan obyek pemajuan kebudayaan tidak hanya bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya, tetapi juga menjadi sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui pariwisata berbasis budaya,” ucap Dody.
Ia juga menekankan pentingnya kesadaran wisatawan dalam menghormati nilai-nilai budaya setempat. “Buleleng adalah pariwisata yang berbudaya. Setiap wisatawan yang datang diharapkan menjadi wisatawan yang bertanggung jawab, menghormati adat istiadat, peduli terhadap lingkungan, dan mendukung konservasi budaya,” tambahnya. 7 mzk