ARTICLE AD BOX
Ketua Panitia, I Gede Sunarta (De Artha), menjelaskan bahwa festival ini merupakan program kerja LPM yang melibatkan Karang Taruna, Sekaa Teruna Teruni (STT), staf desa, dan LPM. "Festival ini bertujuan mempererat tali persaudaraan antarwarga Desa Peguyangan Kangin. Tema yang kami angkat adalah Segilik Seguluk Paras Paros Sarpanaya Saling Asah Saling Asuh," katanya.
Festival ini dimeriahkan oleh berbagai lomba tradisional dan kegiatan budaya:
- 1. Lomba Ngulat Kelakat Sanggah Cucuk (khusus anak SD dari lima sekolah di Peguyangan Kangin).
- 2. Lomba Ngelawar Antar Sekaa Teruna (kategori lawar merah dan lawar putih, khas Denpasar).
- 3. Lomba Gebogan Buah dan Gebogan Bunga (diikuti oleh PKK).
- 4. Lomba Penjor Antar Sekaa Teruna (perwakilan dari setiap banjar).
- 5. Meprani (pembuatan banten parani).
- 6. Parade Baleganjur (dimeriahkan oleh Karang Taruna).
Menurut De Artha, kegiatan ini dirancang untuk menjaga dan melestarikan tradisi Bali. "Lomba ngelawar, misalnya, bertujuan mengenalkan kembali masakan khas Bali kepada generasi muda yang lebih familiar dengan makanan cepat saji. Selain itu, proses pembuatan lawar mencerminkan nilai-nilai kebersamaan," jelasnya.
Lomba ngulat kelakat sanggah cucuk diadakan untuk anak-anak SD dengan tujuan mengenalkan pentingnya yadnya sebagai dasar ajaran Hindu. "Sanggah cucuk memiliki makna simbolik yang mendalam dalam agama Hindu, sehingga perlu dikenalkan sejak dini," tambahnya.
Selain itu, lomba gebogan buah, gebogan bunga, dan banten parani diselenggarakan sebagai wujud pelestarian tradisi persembahan dalam ritual Dewa Yadnya. Parade Blaganjur juga menjadi sorotan, bertujuan mengajak generasi muda melestarikan seni karawitan yang sering digunakan dalam upacara keagamaan.
De Artha berharap festival perdana ini mampu mempererat persatuan 11 banjar di Desa Peguyangan Kangin, yang terbentang dari wilayah utara hingga selatan. "Kami ingin menanamkan nilai-nilai kebersamaan serta melestarikan budaya Bali agar tetap sesuai dengan pakem tradisional," ujarnya. *m03