Warning: session_start(): open(/home/indonesiainsight/public_html/src/var/sessions/sess_c0681fd18ece64a1e50c5dba4eff6665, O_RDWR) failed: No space left on device (28) in /home/indonesiainsight/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/indonesiainsight/public_html/src/var/sessions) in /home/indonesiainsight/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Pendongeng Gede Tarmada Berpulang - Berita Eklusif

Pendongeng Gede Tarmada Berpulang

2 weeks ago 1
ARTICLE AD BOX
I Gede Tarmada merupakan penerus maestro dongeng anak Bali, Made Taro, yang juga ayah kandungnya. Tarmada meninggal pada, 27 November 2024 pada usia 56 tahun karena sakit. Upacara Ngaben dan Ngelanus dilaksanakan, Selasa, (3/12) di Krematorium Santha Yana Cekomaria, Denpasar. 

Tarmada meninggalkan istri Ni Luh Putu Dwipayanti dan dua anak, Gede Tarmanda Aditya Pratama dan Made Tarayana Amada Putra. Anak pertama Gede Tarmada Aditya Pratama tak kuasa menahan kesedihannya. ”Mohon doa agar bapak mendapat tempat terbaik, serta  dukungan semua pihak semoga apa yang ditinggalkan dapat saya lanjutkan, dan tidak lupa semua pihak memberikan support kepada kami, terutama Kakek Taro dalam mengembangkan  permainan dan mendongeng tetap lestari,” harap cucu pertama dari Kakek Made Taro ini. 

Sejumlah kolega almarhum saat melayat. –IST 

Budayawan Prof I Wayan Dibia merasa sedih kehilangan seorang sosok yang gigih memperkenalkan budaya permainan tradisional. 

“Sosok I Gede Tarmada adalah penerus dari sang maestro Made Taro ini memang memiliki kegigihan dalam meneladani dan menyuarakan permainan tradisional melalui kegiatan-kegiatan seni, lomba bahkan aktif dalam berbagai diskusi,” ucap Prof Dibia yang juga mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu. Sementara Kadek Wahyudita selaku sahabat sekaligus Kelian Rumah Budaya Penggak Men Mersi Denpasar mengungkapkan, I Gede Tarmada merupakan sosok tutor yang sangat baik dan tak pernah mengenal lelah. Ketika masih muda, dia tak ingin melanjutkan profesi ayahnya sebagai pendongeng. Dia justru mencoba memperjuangkan hidup di bidang pariwisata, sebagai guide. Profesi itu pun tak lama, karena dia beralih menjadi wartawan lepas.

Setelah pertanyaan tentang keberlanjutan Sanggar Kukuruyuk yang didirikan ayahnya, Made Taro seringkali disampaikan oleh beberapa pihak di tengah usia Made Taro mulai uzur, Tarmada hadir perlahan membantu beberapa peran dari ayahnya. Memang baginya hal ini bukanlah hal yang mudah. “Namun, tekadnya begitu kuat. Ia tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelami dunia permainan anak-anak dan mendongeng,” kata Wahyudita.

Ia mengaku, dirinya mengenal Made Tarmada sejak tahun 2014 saat menggelar Rare Bali Festival (RBF). Hubungan secara intens kembali terjalin satu tahun terakhir ini. “Satu hal yang tidak pernah saya lupakan dari sosok Tarmada adalah setiap apa yang dia lakukan tidak pernah memikirkan honor. Dia melakukan dengan tulus ikhlas,” kenangnya.

Sebut saja, ketika bersama-sama dalam mensukseskan RBF 2024. Wahyudita benar-benar merasakan kegigihan Made Tarmada bersama ayahnya memperjuangkan kehidupan dunia permainan anak. Pada saat RBF itu, Tarmada menjadi garda terdepan untuk menyukseskan kegiatan ini. Termasuk pada saat syuting pembuatan video tutorial bermain permainan tradisional, menjadi juri, hingga mengurusi anak-anak sebagai peserta festival. Satu karya yang dia berhasil wujudkan atas dukungan ayahnya, yaitu karya 'pompongan' sebuah plalianan (permainan) untuk anak-anak disabilitas. 

“Saya cukup lega dengan hadirnya Tarmada sebagai pewaris yang mau melanjutkan Sanggar Kukuruyuk itu, namun kenyataan seperti ini,” sebutnya. Tarmada dengan kreativitasnya, mampu bahkan berhasil menjaga dan mengembangkan Sanggar Kukuruyuk, termasuk permainan rakyat dan dongeng. Sanggar itu sebagai wadah dalam upaya melestarikan kebudayaan permainan rakyat Bali. “Sayang, Tuhan berkehendak lain. Justru yang saya harapkan melanjutkan tongkat estafet I Made Taro berpulang mendahului ayahnya,” ujar Wahyudita bersedih.

Tarmada adalah seorang yang ramah, bersahabat yang bergerak sebagai mentor dan motivator yang tidak pernah lelah memberikan sumbangsih demi pelestarian plalianan atau permainan rakyat, salah satu budaya untuk mendidik karakter anak itu. “Semoga anaknya Made Tarmada dan cucu Pekak Taro yang mau melanjutkan estafet ini,” harap pria yang kerap menjadi Tim Kreatif PKB ini. 7 adi
Read Entire Article