ARTICLE AD BOX
Di paruh awal Desember 2024, Sangeh Monkey Forest sempat ‘diuntungkan’ penutupan Ubud Monkey Forest akibat dua wisatawan asing tewas tertimpa pohon tumbang di dalam kawasan objek. Kunjungan ke Sangeh Monkey Forest meningkat didorong pengalihan turis.
Ketua Pengelola Sangeh Monkey Forest IB Gede Pujawan menuturkan, kunjungan wisatawan tidak disangka melonjak usai Ubud Monkey Forest ditutup sementara. Awalnya justru dikhawatirkan wisata hutan sepi pasca peristiwa memakan korban jiwa, Selasa (10/12/2024) lalu itu.
“Karena pengalihan turis itu, kunjungan mencapai di atas 400 orang per hari, dari biasanya 200-an orang per hari,” ujar Pujawan ketika dihubungi NusaBali.com, Jumat (27/12/2024).
Jumlah kunjungan yang sempat tinggi ini melambat sepekan belakang ketika cuaca di wilayah Badung utara tidak menentu. Kata Pujawan, peningkatan kunjungan tetap ada dibandingkan hari-hari biasa, namun tidak setinggi sebelumnya.
Peningkatan jumlah kunjungan didorong faktor libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Wisatawan yang datang ke Sangeh Monkey Forest masih tetap didominasi turis internasional, khususnya dari negara-negara Eropa.
“Kenaikan jumlah kunjungan tetap ada, melihat cuaca yang hujan seperti ini pasti akan berkurang walaupun secara umum tetap naik. Dari biasanya 200-an orang per hari menjadi 300-an per hari,” beber Pujawan yang juga Ketua Desa Wisata Sangeh ini.
Sehingga, terjadi perlambatan kunjungan wisatawan ke destinasi wisata lawas yang mulai berkembang pesat sejak tahun 1977 ini. Meski begitu, tidak ada yang dapat dilakukan pengelola karena hambatan faktor alam ini.
Namun, Pujawan mulai mengetatkan tatanan berkunjung ke Sangeh Monkey Forest usai diperingatkan Dinas Pariwisata Kabupaten Badung pasca peristiwa di Ubud. Wisatawan tetap bisa berkunjung sewaktu-waktu cuaca berubah ekstrem, namun tidak boleh memasuki kawasan hutan.
“Kalau cuacanya ekstrem, tidak kami izinkan masuk (ke hutan pala),” tegas Pujawan.
Di luar area hutan pala, Sangeh Monkey Forest memiliki area taman. Banyak kera ekor panjang kerap beraktivitas turun ke area taman ini karena jadi salah satu titik pemberian pakan. Wisatawan tidak perlu sampai masuk ke dalam hutan pala kalau hanya ingin melihat tingkah para kera. *rat
Ketua Pengelola Sangeh Monkey Forest IB Gede Pujawan menuturkan, kunjungan wisatawan tidak disangka melonjak usai Ubud Monkey Forest ditutup sementara. Awalnya justru dikhawatirkan wisata hutan sepi pasca peristiwa memakan korban jiwa, Selasa (10/12/2024) lalu itu.
“Karena pengalihan turis itu, kunjungan mencapai di atas 400 orang per hari, dari biasanya 200-an orang per hari,” ujar Pujawan ketika dihubungi NusaBali.com, Jumat (27/12/2024).
Jumlah kunjungan yang sempat tinggi ini melambat sepekan belakang ketika cuaca di wilayah Badung utara tidak menentu. Kata Pujawan, peningkatan kunjungan tetap ada dibandingkan hari-hari biasa, namun tidak setinggi sebelumnya.
Peningkatan jumlah kunjungan didorong faktor libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Wisatawan yang datang ke Sangeh Monkey Forest masih tetap didominasi turis internasional, khususnya dari negara-negara Eropa.
“Kenaikan jumlah kunjungan tetap ada, melihat cuaca yang hujan seperti ini pasti akan berkurang walaupun secara umum tetap naik. Dari biasanya 200-an orang per hari menjadi 300-an per hari,” beber Pujawan yang juga Ketua Desa Wisata Sangeh ini.
Sehingga, terjadi perlambatan kunjungan wisatawan ke destinasi wisata lawas yang mulai berkembang pesat sejak tahun 1977 ini. Meski begitu, tidak ada yang dapat dilakukan pengelola karena hambatan faktor alam ini.
Namun, Pujawan mulai mengetatkan tatanan berkunjung ke Sangeh Monkey Forest usai diperingatkan Dinas Pariwisata Kabupaten Badung pasca peristiwa di Ubud. Wisatawan tetap bisa berkunjung sewaktu-waktu cuaca berubah ekstrem, namun tidak boleh memasuki kawasan hutan.
“Kalau cuacanya ekstrem, tidak kami izinkan masuk (ke hutan pala),” tegas Pujawan.
Di luar area hutan pala, Sangeh Monkey Forest memiliki area taman. Banyak kera ekor panjang kerap beraktivitas turun ke area taman ini karena jadi salah satu titik pemberian pakan. Wisatawan tidak perlu sampai masuk ke dalam hutan pala kalau hanya ingin melihat tingkah para kera. *rat