ARTICLE AD BOX
SINGARAJA, NusaBali
Hujan deras belakangan ini membawa musibah. Diduga karena atap bocor, plafon ruang guru SDN 2 Liligundi, Kelurahan Liligundi, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ditemukan jebol, Sabtu (7/12) pagi. Selain itu, hujan deras yang mengguyur mengakibatkan satu ruang kelas rusak parah.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SDN 2 Liligundi, Gede Putu Maharyadi ditemui di sekolah mengatakan, musibah yang merobohkan plafon ruang guru ini diduga terjadi Jumat (6/12) petang, usai hujan deras mengguyur. Beruntung bagian plafon yang jebol hanya di bagian selasarnya (lorong). Sedangkan bagian dalam ruangan masih tampak utuh. “Tadi pagi setengah 6 saya ke sekolah, karena kunci sekolah saya yang bawa. Pas itu sudah jebol berserakan di lantai. Kemungkinan ada genteng yang bergeser dan bocor tidak kami ketahui, sehingga air hujan merembes ke plafon,” beber Maharyadi.
Padahal bangunan ruang guru ini termasuk bangunan baru karena dibangun pada tahun 2020 lalu dengan sumber anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) pemerintah pusat senilai Rp 200 juta. Kata Maharyadi, untuk sementara guru dan pegawai masih memanfaatkan ruang tersebut, karena di dalam ruangan masih terlihat baik-baik saja. “Karena tidak ada ruangan lain, jadi kami masih tetap pakai. Cuman mungkin lebih waspada saja,” imbuh pria asal Kelurahan Beratan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.
Selain ruang guru, satu blok ruang kelas di sisi utara atapnya juga sudah nampak melengkung. Bahkan satu ruangan diantaranya sudah dikosongkan sejak dua tahun lalu, karena rangka atap patah dan plafonnya sudah jebol. Ruang kelas tersebut sebelumnya merupakan ruang kelas IV. “Pasca kondisi itu, siswa kelas IV dipindahkan ke ruang kepala sekolah. Sedangkan kepala sekolah bergabung di ruang guru,” ujar Maharyadi.
Maharyadi menambahkan kerusakan ruang kelas maupun kerusakan ruang guru yang baru terjadi sudah dilaporkan ke bagian Sarana Prasarana (Sarpras) Disdikpora Buleleng. Untuk gedung ruang kelas sudah diusulkan beberapa kali sejak dua tahun terakhir, namun sampai saat ini belum mendapat prioritas untuk perbaikan.
Kondisi kerusakan dikhawatirkan akan semakin parah dan merembet ke dua ruang kelas di sebelahnya karena satu atap. Dua ruang kelas lainnya sekarang ditempati kelas I dan kelas III. “Harapan kami sih biar cepat dapat penanganan, terutama ruang belajar itu, karena kerusakannya sudah lama. Kalau rehab pakai dana BOS tidak memungkinkan, siswa kami total hanya 73 orang, pakai beli buku dan operasional sekolah saja sudah habis. Mudah-mudahan segera mendapat solusi,” harap Maharyadi.k23