Warning: session_start(): open(/home/indonesiainsight/public_html/src/var/sessions/sess_d6bce88ebd7204885dd0efb6c00ad63f, O_RDWR) failed: No space left on device (28) in /home/indonesiainsight/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/indonesiainsight/public_html/src/var/sessions) in /home/indonesiainsight/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Sambut Nataru, Perajin Tenun Siapkan Stok - Berita Eklusif

Sambut Nataru, Perajin Tenun Siapkan Stok

1 month ago 3
ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali
Kalangan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) kini melakukan persiapan mengantisipasi keramaian kunjungan wisatawan, baik wisatawan nusantara dan manca negara pada liburan panjang Natal 25 Desember 2024 dan Tahun Baru 1 Januari 2025(Nataru). 

Diantaranya UMKM yang bidang usaha tenun wastra atau tenun ikat. Mereka membuat stok produk.  Sehingga ketika kunjungan wisatawan ramai, pelaku UMKM wastra sudah siap.

“Biasanya setelah pertengahan Desember nanti wisatawan sudah kembali ramai,” ujar I Nyoman Sudira, pemilik pertenunan ‘Astiti’ salah UMKM bidang usaha  wastra di Desa Gelgel, Klungkung, Selasa (12/11).

Selain produk wastra yang menggunakan pewarna kimia, Sudira tengah menyiapkan stok wastra dengan pewarna alam yaitu pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Tumbuhan pewarna alam tersebut diantaranya daun kayu jati, daun bakau atau mangrove, kayu merbau, kayu secang, kayu nangka dan yang lain.  “Wisatawan domestik termasuk yang suka dengan kain warna alam,” ungkapnya.

Hal itu, kata Sudira diperkirakan karena trend isu ‘kembali ke alam’ ikut berpengaruh. Harga wastra pewarna alam lebih tinggi dibanding dengan pewarna biasa. Hal itu karena proses pembuatan yang lebih lama.

“Jika memakai pewarna kimia biasanya proses pencelupan bisa sehari saja, untuk pewarna alam perlu waktu seminggu,” ungkap Sudira.

Sebagai gambaran dia menyampaikan perbandingan harga kedua jenis wastra tersebut. Untuk wastra atau kain perwarna alam saat ini harganya Rp150 ribu per meter. Sedangkan untuk wastra dengan pewarna biasa atau kimia, harga per meter Rp130 ribu.

“Jadi karena proses lebih lama dan lebih alami, sehingga harganya lebih tinggi,” terang Sudira.

Sudira menuturkan sejauh ini konsumen  lokal yang lebih banyak menyerap produk kerajinan wastra Bali. Selain digunakan untuk bahan busana adat, kain tenun ikat banyak diminta kalangan pegawa negeri (ASN) maupun karyawan swasta. Sebagian besar digunakan untuk seragam.

“Seperti sekarang kami sedang menyelesaikan pesanan dari Tabanan. Lumayan panjang, sekitar 300 meter,” terangnya. Pesanan- pesanan dari kalangan pegawai negeri dan pegawai swasta, seperti di perbankan, koperasi dan lainnya membantu pemasaran pada bulan November ini.

 “November ini masa low season. Kemudian orang mungkin fokus pada pilkada, sehingga yang belanja berkurang, “ duga Sudira. Lepas pilkada nanti, dia optimistis wisatawan ramai kembali sehingga produk UMKM seperti kerajinan wastra, lebih banyak dapat pembeli lagi. k17.
Read Entire Article